KEBANGKITAN
UMAT ISLAM PADA PERIODE MODERN
Makalah
ini dibuat untuk memenuhi tugas SKI dan Budaya Lokal
Disusun oleh:
1. Astrino Purmanna (14680008)
2. Nisa Ulmah Mudah (14680026)
3. Rika Istiqomah (14680024)
4. Erica Nuralam (14680005)
PENDIDIKAN
BIOLOGI
FAKULTAS
SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS
ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA
2014
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar
Belakang
Kekuatan
umat Islam berdiri atas agama Islam itu sendiri. Hal ini sudah menjadi rahasia
umum, bahkan musuh-musuh Islam juga tahu bahwa Islam itu bias dilemahkan jika
penganut-penganutnya masih mempunyai keimanan yang kuat. Dari sinilah mereka
mulai mencari jalan dan bagaimana cara yang terbaik untuk melemahkan pemahaman
umat Islam terhadap Islam itu sendiri. Mereka juga mencari cara member keraguan
kepada kitab yang menjadi pegangan umat Islam yaitu Al-qu’an. Mereka juga
memutar balikkan fakta sejarah islamiah melalui berbagai opini dan tulisan,
sehinga generasi umat Islam menjadi ragu atas keontentikan agama Islam. Faktor
yang menjadi mundurnya Islam yaitu karena sebagian umat Islam kurang memahami
hakikat Islam itu sendiri. Pada umumnya mereka hanya memahami ibadah-ibadah
ritual saja seperti sholat,puasa, haji, dan lain-lain.
Kemunduran umat Islam tersebut banyak memotivasi
gerakan-gerakan yang mencoba merobohkan Islam. Mereka mencoba memasukkan
budaya-budaya mereka kedalam dunia umat Islam sehingga banyak umat islam yang
terpengaruh dan mengikuti arus yang menjadikan umat Islam semakin terpuruk.
Melihat keadaan ini para ulama tergugah untuk membuat suatu pergerakan demi
kebebasan Islam. Mereka mencoba mengembalikkan semangat dunia Islam degan
berbagai cara dan metode mereka masing-masing. Yang intinya yaitu melakukan
kebangkitan islam
B. Rumusan Maslah
1.
Apa
makna kebangkitan Islam?
2.
Bagaimana
kebangkitan Islam di Mesir, Turki, dan India?
3.
Siapa
saja tokoh-tokoh kebangkitan Islam?
C. Tujuan
1.
Mengetahui
makna dari Kebangkitan Islam
2.
Mengetahui
kebangkitan Islam di Mesir, Turki, dan India
3.
Mengetahui
tokoh-tokoh kebangkitan Islam
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Makna
Kebangkitan Islam
Kebangkitan islam disebut juga dengan Islamic Resurrection,Resurrection atau penegasan kembali,
adapula yang menyebutnya Revivalism
atau Upaya Menghidupkan Kembali, selain itu adapula yang menyebutnya dengan
pembaharuan, Neo-fundamentalisme ataupun Kebangunan Kembali. Ada juga yang
menyebut kebnagkitan Islam itu sebagai Al Sahwa Islamiyyah (Islamic Awakening),
Ihya’ ad-Din (Religious Revival) ataupun Al Usuliyya Al Islamiyyah (Islamic
Fundamentalist).
Taufik Abdullah dalam bukunya Tradisi
dan Kebangkitan Islam di Asia Tenggara memberikan keterangan kebangkitan
diartikan dalam 3 hal yaitu bahwa: Yang
pertama, kebangkitan islam merupakan suatu pandangan dari kaum Muslimin
sendiri mengenai bertambahnya penganut agama islam dari waktu ke waktu. Ini
berarti juga memperlihatkan bahwa islam itu mempunyai peran yang penting. Kedua, di artikan keadaan kebangkitan
islam pernah terjadi sebelumnya. Hal ini di ibaratkan dengan kebangkitan
kembali yang mana jika kebangkitan yang dilakukan saat ini itu terdapat
kaitanya dengan kebangkitan Islam yang pena terjadi di masa lalu. Yang ketiga, Kebangkitan Islam bermakna
suatu tantangan, bahkan bisa jadi suatu ancaman bagi pengikut pandangan lain.
Yang dimaksud disini adalah kelompok-kelompok diluar Islam atau sistem sosial,
yang mempunyai pandangan atau beranggapan bahwa kebangkitan Islam merupakan ancaman
bagi eksistensi keberadaan mereka.
Abad ke-15 H sebagai abad kebangkiatn
umat Islam. Karena pada saat itu kesadaran beragama umat Islam terutama yang
diwakili oleh kelas menengah baik secara ekonomi maupun berpendidikan yang
tumbuh di perkotaan mulai bermunculaan. Mengapa Islam perlu melakukan
kebangkitan?
Yang
pertama, kita tau saat itu keadaan negara-negara Muslim
banyak sekali yang terjajah, sehingga mengalami kemerosotan, ketertinggalan,
dan kemunduran dalam banyak hal. Kenyataan telah menunjukan kepada kita semua
bahwasanya umat Islam berada di posisi terbelakang dalam pesaingan peradaban di
era modern saat itu. dan kita juga tau semenjak modernisasi menjadi tolak ukur
kemajuan peradaban dunia, maka negara-negara Barat tampil amat superior dan
menampakan kecenderungan bahwa kian lama kian hari umat Muslim kita
terbelenggu, minder dan pada akhirnya mengalami ketergantungan terhadap Barat.
Tentu saja yang Barat gombor-gemborkan untuk merendahkan umat Muslim adalah
sains dan kemajuan teknologi yang semakin lama semakin tak terkejar oleh umat Islam.
Penyebab
kedua, kesadaran beberapa intelektual Muslim yang
beranggapan sejatinya umat Muslim saat itu dalam keadaan telah dijauhkan dari
nilai-nilai ajaran Islam. Sebagian tokoh-tokoh Islam yang menentang penjajahan
Barat dan mengetahui dampak buruknya berusaha menyadarkan umat Islam kembali
dengan menjelaskan kesesatan dari falsafah materialisme dan kapitalisme yang
dibawa oleh Barat. Ajakan untuk kembali pada tuntunan agama dilakukan dan usaha
membangkitkan semangat untuk menjadikan Islam sebagai suatu alternatif tata
dunia baru mulai didengungkan kembali.
Ketiga,
setelah
meniru menerapkan nilai-nilai Barat serta mengimpor apa saja dari Barat, yang
terjadi di negara-negara Muslim terus-menerus dalam suatu keadaan krisis,
dimana akhirnya banyak penduduk merasakan kegagalan dan dirasa perlu
menyuarakan haknya. Respon kekecewaan umat Muslim terhadap kegagalan model
pemerintahan nasionalis dan sosialis sekuler di negara-negara yang mayoritas
penduduknya beragama Islam pun membuat umat Muslim kembali berfikir[1].
B. Kebangkitan Dalam Dunia Islam
1. Pembaharuan
di Mesir
a. Ikhwanul
Muslimin
Ikhwanul
muslumin merupakan suatu gerakan dakwah bagi masyarakat bawah, yaitu para buruh
di terusan Suez. Organisasi ini dibentuk sebagai upaya untuk membangkitkan
kesadaran beragama bangsa Mesir ketika itu, membangun kehidupan sosial yang
sesuai dengan ajaran agama islam menumbuhkan daya juang untuk bebas dari penjajahan
inggris. Tokoh pergerakan ini adalah Hasan Al-Bana. Gerakan ini didirikan pada
bulan maret 1928. Latar belakang pembentukan gerakan ini antara lain:
1. Kemerdekaan
Mesir dan Negara-negara islam dari kekuasaan asing
2. Mendirikan
pemerintahan islam berlandaskan Al-Qur’an dan Hadits.
Pada awalnya gerakan ini dilakukan
secara sembunyi-sembunyi atau dibawah tanah yaitu melalui masjid-masjid serta
mendirikan cabang dimana-mana. Ikhwan juga sering mengadakan mukhtamar,
kegiatan ini dimanfaatkan untuk menampakkan diri sebagai organisasi politik.
Program Ikhwan yang pertama adalah pemerintahan Islam. In disebabkan karena
mereka tidak puas terhadap konstintusi Mesir, yang menurut mereka bahwa sebuah
konstitusi tidak cukup hanya menyebut islam sebagai Negara. Program politik
Ikhwan yang kedua ialah pembebasan seluruh lembah nil dari pengaruh asing yang
membuat keadaan bermusuhan dengan Ingris. Ikhwan mengalami perselisihan dengan
pemerintah Mesir,pemerintah menuduh Ikhwan terlibat dalam pembunuhan Ahmad Ali
Pasya.
Ikhwan
telah memberi warna agama pada nasionalisme Mesir. Mereka juga menganggap
kebebasan tanah air dari kekuasaan Inggris sebagai suatu kewajiban agama.
Program dari Ikhwan yaitu menolak usaha perdamaian dengan Inggris dan menuntut
dibukanya semua partai politik di Mesir.
Ikhwan juga turut serta dalam perang Palestina.
Ikhwan
mengalami krisis yang sangat berat setelah pemimpinnya wafat yaitu Hasan
Al-Bana pada 12 Februari 1949. Setelah menjadi organisasi legal, Ikwan ingin
menasehati pemerintah dengan mengusulkan membentuk sebuah komite yang bertugas
memeriksa peraturan sebelum diundangkan, tapi pemerintah menolak usulan
tersebut. Pada saat Mesir merayakan hari pembebasannya, ada lembaga politik
yang berdiri yaitu Dewan Pembebasan. Tetapa Ikhwan memandang bahwa ada maksud
tersendiri dari organisasi tersebut.
b.
Pan Islamisme
Sebab-sebab kemunduran umat islam
merupakan latar belakang dari terbentuknya gerakan ini. Kemunduran umat islam
dikarenakan umat islam telah meninggalkan ajaran-ajaran islam yang sebenarnya
dan mengikuti ajaran-ajaran yang datang dari luar islam. Hal ini ditandai
dengan pemahaman yang salah terhadap ajaran islam. Sebab lain adalah perpecahan
yag ada dalam umat islam sendiri, pemerintah yang absolut, mempercayakan
pimpinan umat kepada orang-orang yang tak dapat dipercaya, mengabaikan
pertahanan miter, lemahnya persaudaraan islam, dan lain-lain.
Kemunduran
tersebut seharusnya dapat diperbaiki dengan 3 solusi yaitu: pertama, kembali
kepada ajaran islam yang sebenarnya. Kedua, diubah system pemerintahan dari
pemerintahan yag autokrasi menuju pemerintahan demokrasi. Ketiga, diwujudkannya
persatuan umat islam yang erat untuk memperoleh kemajuan. Dan persatuan islam
inilah yang dinamakan Pan Islamisme. Gerakan in merupakan gerakan pembaharuan
atas kondisi umat yang kritis akibat benturan dunia Eropa dan pemurnian atas
pemahaman dan perilaku umat islam. Gagasan gerakan ini mempunyai asas doktrinal
yang kukuh, yaitu ikatan persaudaraan seagama. Semangat kesatuan keagamaan ini
ditekan sebagai bentuk usaha membentuk semangat nasionalisme yang
diinspirasikan Barat . Jadi, umat islam harus bias membebaskan diri dari
tirani, dan membangun peradaban sendiri dengan suatu cara yaitu Pan Islamisme
atau umat islam harus bersatu. Tokoh-tokoh pembaruan Pan Islamisme ada 3 yaitu
Jamaluddin Al-Afgani, Muhammad Abduh, dan Rasyid Ridha.
2. Pembaruan
di Turki
Pembaruan
di Turki dimulai abad ke-19. Pelopor pembaruan Turki adalah Sultan Mahmud II.
Para sultan Turki dengan para tokoh pembaruannya telah memikirkan dan
memperjuangkan Turki dari keterpurukan dan kemunduran didunia islam, khusunya
kemunduran dalam wilayah kerajaan Turki Usmani. Ada beberapa pola pemikiran
yang timbul sebagai upaya mengatasi kemunduran dan untuk mengejar
ketertinggalan yang terjadi dalam dunia islam atas bangsa-bangsa Eropa. Dan
pola pemikiran tersebut dapat diakumulasi
dalam pembahasan pembaruan yang didalamnya memuat peurnian akidah. Salah
satu pembaruan warna dalam pembahasan tersebut adalah meniru bangsa-bangsa
Eropa yag terlebih dahulu maju pada era modern. Hal ini telah mewarnai
pembaruan periode tanzimat yang mengacu pada pemisahan antara agama dan Negara.
Tanzimat
merupakan suatu periode tertentu dari sejarah Turki Usmani pada masa modern
yang memuat makna pembaruan. Tanzimat mengacu kepada masa tertentu dari
rentetan pembaruan yang timbul di Turki Usmani pada sepertiga abad ke-19.
Tanzimat merupakan suatu usaha pembaruan yang mengatur , menyusun, dan
memperbaiki struktur organisasi pemerintahan.
Tokoh-tokoh
pembaruan dalam periode Tanzimat yaitu Mustafa Rasyid Pasha (1800-1858 M),
Mustafa Sami Pasha (w. 1855 M), Mahmed Sadek Rifa’at Pasya (1807-1856 M), Ali
Pasya (1815-1871 M), Fuad Pasya ( 1815-1869 M).
Aspek-aspek
pembaruan periode Tnzimat telah mencakup berbagai aspek. Antara lain aspek sosial,
ekonomi, hukum, pemerintahan, pendidikan, dan militer. Pembaruan Tanzimat dapat
disimpulkan bahwa rahasia kemajuan dan keunggulan Barat sebagai akibat kemajuan
ilmu dan teknologi. Kemajuan ilmu dan teknologi sendiri dapat tercipta dalam
suasana pemerintahan dan rakyat yang penuh ketentraman, kemakmuran dan
kedamaian.
Periode setelah Tanziat yaitu periode Usmani
muda. Latar belakang geerakan ini muncul adalah berawal dari kerajaan Turki
yang pada awal abad kesembilan belas dalam kondisi berantakan dan terpech-pecah
ssehingga menjadikan minimnya kontrol
pemerintahan dalam berbagai aspek.
Sehingga banyak kebudayaan asing yang
mudah masuk ke Turki tanpa ada filtrasi.
Usmani
muda ini muncul dengan karakter yang berbeda ,ia berusaha mengadakan
pembaharuan yang selaras dengan sosial
budaya masyarakat Turki yaitu
ssesuai dengan prinsip-prinsip ajaran islam akan tetapi tidak meninggalkan
tradisi keislaman yang telah ada di masyarakat Turki itu sendiri. Secara umum
pembaruan di Turki bercorak sekuler dengan melihat kemajuan barat sebagai tolak
ukurnya. Pembaruan ini dilakukan secara otoriter oleh sultan dan
pembantu-pembantunya. Hal ini mendapatkan banyak kritikan dari para ulama serta
masyarakatpun tidak mendukung pergerakan ini.
Selain
kedua pergerakan tersebut diatas,dalam pembaruan di Turki yaitu terdapat Turki
Muda. Golongan ini mempunyai faham fanatisme teologis terhadap keberadaan
khalifah sehingga ide-ide pembaharuannya tidak diterima sepenuhnya oleh
penguasa dan para ulama. Hal ini juga menyebabkan perjalanan perombakan
struktur tatanan kehidupan sosial dan cara berpikir sangat lamban. Hal ini
memotivasi Mustafa Kemal membawa perubahan yang amat drastis dengan perjuangan
yang berat kemal beserta koleganya berhasil menjadikan Turki sebagai Negara republik
memproklamasikan Negara republik Turki dan terpilih menjadi presiden pertama
yaitu pada tanggal 29 oktober 1923 sampai 10 November 1939. Dengan terpilihnya
beliau membawa dampak yang sangat luas terhadap rakyat Turki. Konsep dasar yang
digunakan beliau adalah westernisasi dan nasionalisme. Konsep ini melakukan
upaya pembaruan dengan berbagai aspek politik, hukum, pendidikan, kebudayaan,
dan ekonomi. Visi Kemal melakukan modernsasi adalah melalui perubahan politik
dengn cara memberhantikan kekuasaan absolute sultan.
Upaya pembaruan yang dilakukan Kemal hanya
terbatas pada wilayah kedaulatan Turki. Beliau juga melakukan pembaruan dalam
bidang pendidikan yaitu dengan melepas unsur-unsur keagamaan dari
sekolah-sekolah asing (dekrit tanggal 7 Februari 1924). Kemudian menetapkan
peraturan koordinasi pendidikan dibawah pengawasan kementrian pendidikan,
beliau menutup semua madrasah yang dikelola oleh instansi keagamaan digantikan
menjadi sekolah pembinaan calon imam dan khotib menutup fakultas illahiyah
dengan menggantinya menjadi Institut Riset Islam (1933).
Dalam bidang kebudayaan beliau melarang
penggunaan simbol-simbol islam, bahasa Arab dan Persia dalam kurikulum.
Melarang pemakaian torbus kemudian diganti dengan topi barat. Pada kepemimpinan
beliau adzan dikumandangkan dalam bahasa Turki serta Al-qur’an diterjemahkan
dalam bahasa Turki. Dalam bidang perekonomian untuk mengembalikan Turki pada
posisi yang stabil Kemal mengupayakan perbaikan struktur dan orientasi
perekonomian negaranya dengan menjadikan barat sebagai kiblatnya.
3.
Pembaruan di India
Islam
masuk ke India pada zaman pemerintahan khalifah Usmaniyah dan mencapai puncak
kejayaannya diera dinasti Mughol pada masa pemerintahan Akbar dan Aurangzeb
akan tetapi sejak abad ke-18 kerajaan Mughok mulai memasuki zaman kemunduran.
Keadaan ini membuat orang Hindu bangkit untuk mengambil kembali pemerintahan di
India sehingga menyebabkan umat Islam di India mengalami keterbelakangan. Dalam
suasana ini para ulama besar dibidang fiqih dan tasawuf bangkit.
Tokoh pembaruan di India yaitu Syaikh
Waliyullah Al-Dahlawi. Beliau mendirikan gerakan Mujahidin. Adapaun gagasan dan
usahanya untuk memajukan masyarakat islam di India dapat diikuti dalam berbagai
bidang yaitu bidang politik, hukum islam atau fiqih, teologi dan tasawuf serta
penerjemahan Al-qur’an. Dalam bidang politik. Beliau memberikan gagasan bahwa
system pemerintahan absolute harus dihapuskan kemudian diganti dengan system
demokratis seperti pada zaman Khulafaur Rosyidin. Dalam bidang hukum islam
yaitu keyakina umat Islam harus dibersihkan dari hal-hal asing dengan kembali
pada Al-qur’an dan Hadist. Ia juga menganjurkan ijtihad dalam mentapkan hukum
islam . dalam bidang teologi dan tasawuf yaitu berusah menyatukan antara faham
pwahdatul wujud dengan pada Assyuhud . belau juga mengusulkan kepada para sufi
untuk kembali kepda tatanan hidup yang utuh dan bersatu seperti yang
diharapakan Rasulullah sedangkan dalam penerjemahan Al-qur’an pada mulanya mendapatkan hambatan yang cukup
besar dari masyarakat, bahkan ia dianggap kafir. Karena beliau menerjemahkan
Al-qur’an kedalam bahasa local dengan tujuan untuk lebih mudah dipahami oleh
masyarakat India pada saat itu
Selain
Mujahidin, dalam pembaruan di India terdapat pula gerakan Aligarh. Gerakan ini
didirikan oleh Sayid Ahmad Khan. Bentuk-bentuk pembaruannya dibidang agama,
politik, dan pendidikan. Dalam bidang agama beliau menyatakan bahwa Al-qur’an
tidak bertentangan dengan Sains modern. Menurutnya, alam berjalan dan beredar
sesuai dengan hukum alam yang telah ditetapkan oleh Tuhan. Segala yang terjadi
dialam adalah menurut hukum sebab akibat. Ia juga menentang adanya taqlid
dengan alasan masyarakat akan selau mengalami perubahan sehingga perlu adanya
ijtihad baru dalam memahami Al-qur’an dan Hadist. Dalam bidang politik ia
memperlakukan Inggris sebagai mitra dalam upaya menjalin kerjasama untuk tujuan
kepentingan India sendiri. Ia menyatakan bahwa pemerintah Inggris adalah
pemerintah yang sah karena didalamnya orang islam bisa hidup damai. Hal ini
dinyatakan untuk mengubah pandangan Inggris terhadap umat Islam. Dalam dunia
pendidikan beliau mendirikan lembaga
pendidikan dengan nama Muhamedan Education Confrence pada tahun 1886. Lembaga
ini memiliki tugas menyebarkan pendidikan barat dikalangan umat Islam, menyelidiki
pendidikan yang didirikan oleh golongan Islam serta menunjang pendidikan agama
yang diberikan sekolah-sekolah swata.
Beliau melengkapi dengan
lembaga-lembaga penerjemah untuk menerjemahkan buku-buku seni dan Sains.
Lembaga ini didirikan di Moradabat (1559) dan Grazipur (1863) selain sebagai
penerjemah, lembaga ini bertujuan menyebar luaskan pengetahuan modern baik
dalam bidang sejarah, ekonomi maupun sains. Kegiatan dibidang pendidikan dijalankan
sampai tahun 1897. Setelah beliau menginjak usia tua, ide pembaruan yang
berpusat di MAOC oleh intelektual India diberi nama dengan gerakan Aligarh[2].
C.
Tokoh-tokoh
Kebangkitan Islam
1. Jamaluddin
Al-Afghani
Jamaluddin
Al-Afghani lahir di Asad Abad, Konar, distrik Kabul, Afghanistan pada tahun
1838 dengan nama asli Muhammad bin Shafdar Al-Hussainy.
Jamaluddin Al-Afghani
menghabiskan masa kecil dan remajanya di Afghanistan, namun beliau malah banyak
berjuang di Mesir, India bahkan sampai Perancis. Pada usia 18 tahun ketika
tinggal di Kabul, Jamaluddin tidak hanya menguasai ilmu keagamaan,tetapai juga
mendalami falsafah, hukum, sejarah, metafisika, kedokteran, sains, astronomi,
dan astrologi. Kepandaianya dalam berbicara disertai pengetahuanya yang luas
membuat banyak orang terpukau kepadanya. Beliau berhasil mendorong rakyat India
untuk bangkit melawan kekuasaan Inggris. Hasilnya, pada tahun 1857 muncullah
kesadarn baru dari masyarakat pribumi India untuk melawan penjajah.
Kemudian AL-Afghani pun pernah
diminta oleh penguasa Afghanistan Pangeran Dost Muhammad Khan, untuk
membantunya. Tahun 1864, Jamaluddin diangkat menjadi penasehat Syir Ali Khan
dan beberapa tahun kemudian Jamaluddin diangkat menjadi perdana Menteri oleh
Muhammad A’zam Khan. Namun karena kuatnya campur tangan Inggris dan kekalahan
atas golongan yang disokong inggris, maka Jamaluddin akhirnya meninggalkan
Kabul mekkah. Inggris telah menyadari bahwa Jamaluddin Al-Afghani ini sebagai
tokoh yang berbahaya, yang dapat menggangu eksistensi penjajahan Inggris di
India. Oleh karena itu beliau terus diawasi dan tidak diperkenankan untuk
bepergian melalui jalan darat, juga tidak diperkenankan bertemu dengan
pemimpin-pemimpin India. Tapi akhirnya melalui jalan laut,Jamaluddin dapat
melanjutkan perjalananya ke Kairo Mesir dan menetap beberapa waktu disana.
Di Kairo ini, Jamaluddin berusaha
berkonsentrasi untuk mempelajari ilmu pengetahuan dan sastra Arab. Rumahnya pun
dijadikan tempat pertemuan para penikutnya. Disinilah Jamaluddin memberikan
kuliah dan berdiskusi dengan berbagai kalangan, termasuk intelektual muda,
mahasiswa, dan tokoh-tokoh pergerakan. Salah seorang muridnya yang kita kenal
adalah Muhammad Abduh dan Saad Zaglul, pemimpin kemerdekaan Mesir.
Al-Afghani dibenci oleh penjajah
kolonial Inggris saat itu Inggris pun berhasil membuat Jamaluddin keluar dari
Mesir pada tahun 1879. Jamaluddin akhirnya kembali pulang ke Hyderabad Deccau
India. Disinilah, beliau menulis risalah yang sangat terkenal yaitu Pembuktian
Kaum Materialis. Risalah ini telah menimbulkan pertentangan besar di kalangan kaum materialis. Jamaluddin Al-Afghani juga pernah menerbitkan jurnal Al
Urwat Al Wuthqa yang mengecam keras
Barat. Jurnal tersebut di adaptasi dari perkumpulan yang didirikanya di Paris
pada tahun 1882. Penguasa Barat akhirnya pun melarang jurnal ini diedarkan di
Negara-negara Muslim karena dikhawatirkan dapat menimbulkan semangat
solidaritas umat Muslim akan persatuan islam. Dari Paris ininilah Jamaluddin
akhirnya sempat singgah di London kemudian dilanjutkan ke Rusia dan Persia. Di
Istambul, Turki. Tempat peristirahatanya yang terakhir. Ia wafat di Istambul,
pada tanggal 9 Maret 1897 di usia 59 tahun. Al-Afghani telah banyak menulis
puluhan karya tulis dan buku, antara lain pembahasan tentang sesuatu yang
Melemahkan orang-orang islam, Tipu Muslihat Orientalis Risalah untuk Menjawab
golongan Kristen, Hilangnya Timur dan Barat, Hakikat Manusia, dan Hakikat Tanh
Air.
Jamaluddin
Al-Afghani mempunyai pandangan terhadap islam yang sangat komprehensif.
Menurutnya, islam telah mencakup segala aspek kehidupan ,baik itu ibadah, hukum
dan sosial. Persatuan umat islam harus diwujudkan kembali. Lnjutnya Al-Afghani
berpendapat bahwasnay kekuatan islam itu tergantung pada keberhasilan dalam
membina persatuan dan kerja sama. Al-Afghani telah berhasil menggerakan
nkesadarn umat islam dengan gerakan revolusionernya yang membangkitkan Dunia
Islam pada saat itu yaitu Pan-Islamisme. Pan-Islamisme merupakan sebuah gagasan
untuk membangkitkan dan menyatukan Dunia Arab khususnya, dan Dunia Islam pada
umumnya untuk melawan kolonialisme Barat. Yaitu Inggris dan Perancis yang mana
telah menduduki dan menjajah Dunia Islam dan negara-negara berkembang.
Al-Afghani yakin bahwa islam adalah
satu-satunya ikatan kesatuan umat Muslim. Jika ikatan itu diperkokoh, jika
Islam menjadi sumber kehidupan dan pusat loyalitas mereka, maka kekuatan
solidaritas yang luar biasa akan memungkinkan pembentukan dan pemeliharaan
Negara islam yang kuat dan stabil.[3]
2.Muhammad
Abduh
Muhammad Abduh lahir di Desa Mahallat Nashr,
Provinsi Gharbiyah, Mesir pada tahun 1849 dengan nama lengkap Muhammad Abduh
bin Hassan Khairullah. Ayahnya bernama Abduh Hasan Khairullah yang berasal dari
Turki namun telah lama tinggal di Mesir. Abduh kecil dikirim oleh ayahnya ke
Thanta untuk belajar agama di masjid Syekh Ahmad milik Al-Azhar pada tahun
1862. Tapi tak lama berselang, Abduh kecil sudah merasa bosan karena menurutnya
pendidikanya disana hanya mengandalkan hafalan, namun tidak diberi kebebasan
bagi para muridnya untuk mengembangkan pikiranya. Maka ia pun keluar dan melanjutkan
kembali studinya di Mahallat Nashr.
Di usianya yang 17 tahun, Abduh pun menikah,tepatnya
pada tahun 1866. Namun selang 40 hari setelah pernikahannya, ayahnya meminta ia
kembali untuk terus melanjutkan menuntut ilmu.Saat menjadi pendidik beliau
tidak tinggal diam, beliau pun banyak member masukan terhadap Al-Azhar
sebaiknya berbenah, terutama dalam masalah admistrasi serta pendidikan di
dalamya, termasuk perluasan kurikulum, yaitu mencakup ilmu-ilmu modern,
sehingga Al-Azhar mampu mampu sejajar dengan universitas-universitas lain dan
menjadi pelita cahaya bagi kaum Muslimin di zaman modern kelak.
Pada masa Abduh ini, kondisi Dunia Islam mengalami
kemunduran yang sangat memprihatinkan. Wilayah Islam yang dahulu dibawa naungan
Khalifah Utsmaniyah berhasil di pecah belah oleh bangsa-bangsa Eropa dengan
menghasut Bangsa Arab untuk lepas dari Khalifah Utsmaniyah di Turki. Arab pun
akhirnya berhasil dijajah, seperti Inggris menduduki Mesir, Sudan, Pakistan dan
Bangladesh (India), Malaysia, serta Brunie. Perancis menduduki Aljazair,
Tunisia dan Maroko. Italia mendapat bagian Libya. Sedangkan Negara kita
Indonesia dijajah oleh Belanda. Dan di saat seperti itu munculah pemikir dan
tokoh Islam yang mencoba membangkitkan kembali umat Islam dalam sebagai sisi.
Salah satu tokohnya adalah Jamaluddin Al-Afghani.
Menurut Abduh, salah satu sebab yang membawa
kemunduran umat ini adalah paham jumud yang terdapat di kalangan umat islam.
Sikap ini dibawa oleh orang-orang bukan Arab yang kemudian merampas kekuasaan
politik di Dunia Islam. Dengan masuknya mereka ke dalam islam, adat-istiadat
dan faham-faham animism mereka pun ikut mempengaruhi umat Islam yang mereka
perintah. Di samping itu, mereka bukan pula berasal dari bangsa yang
mementingkan penggunaan akal seperti yang dianjurkan dalam Islam, melainkan
berasal dari bangsa yang jahil dan tidak kenal pada ilmu pengetahuan.
Mereka memusuhi ilmu pengetahuan karena mereka sadar
dengan ilmu pengetahuan akan membuka mata rakyat. Rakyat harus dalam keadaan
tetap bodoh supaya mudah diperintah. Mereka pun membawakan ajaran-ajaran yang
akan membuat rakyat terus berada dalam keadaan stagnant, seperti pujaan yang berlebihan pada syekh dan wali,
kepatuhan buta kepada para ulama, taklid buta pada ulama-ulama terdahulu dan
tawakal, serta penyerahan segala-galanya pada qada dan qadar tanpa ada usaha
dan doa. Yang mana lama-kelamaan paham jumud meluas dalam masyarakat di seluruh
Dunia Islam dan berhentilah pemikiran dalam Islam.
Abduh banyak menganjurkan supaya para ulama membuka
pintu ijtihad yang telah dikunci dan berhenti. Walaupun banyak ide-ide
pembaharuan Abduh yang banyak menuai kritik, Abduh tetap konsisten menyebarkan
pemikiran pembaruan Islam. Ia sangat tidak menyukai adanya ahli fikih dan ulama
yang hanya memikirkan dan menyibukkan diri dengan masalah-masalah furu’iyah
(masalh sepele) dan meninggalkan masalah utama umat. SElain itu Abduh juga
dikenal sebagai tokoh yang gigih memerangi segala bentuk khurafat, ia selalu
mengajak umat agar memurnikan akidah mereka.
Muhammad Abduh telah mengangkat citra Islam dan
kualitas umatnya dari keterpurukan dan keterbelakangan. Ia adalah seorang
mujtahid sekaligus mujahid, pada masanya. Di antara hasil karyanya yang dapat
kita rasakan dan masih sering di kaji oleh umat Muslim adalh Risalah At-Tauhid.
Sementara itu, kumpulan pidato-pidato, pikiran-pikiran, dan ceramah-ceramahnya
telah selesai ditulis oleh seorang muridnya, Syekh Muhammad Rasyid Ridha, yaitu
Tafsir Al-Manar. Sebab beliau telah wafat pada tahun 1905 ketika menulis sampai
surat An-Nisa ayat 126. Dari semua ini dapat dikatakan bahwa Abduh adalah
figure seorang pembaharu Islam yang menggerakan kebnagkitan umat.
3.Hasan Al-Banna
Hasan bin Ahmad bin Abdurahman Al-Banna dilahirkan
di desa Muhamadiyah kawasan Buhairah, Mesir tahun 1906 M. Ayahnya, Syaikh Ahmad
Al-Banna adalah seorang ulama fiqih dan hadits. Sejak masa kecilnya, Hasan
Al-Banna sudah menunjukan tanda-tanda kecermelangan otaknya. Pada usia 12
tahun, atas anugerah Allah SWT, Hasan kecil telah menghafal separuh isi
Al-qur’an.Dan pada usia 14 tahun Hasan Al-Banna telah menghafal seluruh
Al-qur’an. Hasan Al-Banna lulus dari sekolahnya dengan predikat terbaik di
sekolahnya dan nomor lima terbaik di seluruh Mesir. Kemudian pada usia 16
tahun, ia telah menjadi mahasiswa di perguruan tinggi Darul Ulum.
Ketika beliau menginjak umur 21 tahun, saat itu pula
beliau telah menamatkan studinya di Darul ‘Ulum kemudian di tunjuk menjadi guru
di Isma’iliyah. Hasan Al-Banna pun telah menampakkan rasa sangat perihatinnya
dengan kelakuan Inggris memperbudak bangsanya. Masa itu adalah sebuah masa di
mana umat islam sedang mengalami kegoncangan hebat. Kekhalifahan Utsmaniyah di
Turki, sebagai pengayom jumat islam di seluruh dunia telah mengalami
keruntuhan.
Hasan Al-Banna mengajak manusia untuk kembali kepada
Allah SWT, mengajak manusia untuk memberantas kejahiliyahan (kebodohan) dan
kembali berpegang teguh pada ajaran islam. Dakwah ini dimulai dengan menggalang
bebebrapa muridnya. Kemudian beliau lanjutkan berdakwah di kedai-kedai kopi.
Hal ini beliau lakuka teratur dua minggu sekali. Puncak dakwahnya adalah saat
Al-Banna mendirikan “Al Ikhwanul Muslimin” (IM) pada tahun 1928. Ketika itu
Al-Banna bekerja terus siang dan malam menulis pidato, mengadakan pembinaan,
memimpin rapat pertemuan, dan lain-lain.
Dakwahnya mendapat sambutan luas di kalangan umat
Islam Mesir. Tercatat pada saat itu kaum Muslimin mulai dari golongan buruh,
petani, usahawan, ilmuwan, ulama bahkan dokter mendukung dakwah beliau. Terus
pada tahun 1932 Hasan Al-Banna pindah ke Kairo, bersamaan dengan itu pula
gerakannya pindah dari Isma’iliyah ke Kairo. Di samping itu Al-Banna rupanya
juga melakukan dakwah melalui media majalah mingguan Ikhwan yang dipimpin oleh
Muhibudin Khatib pada tahun 1886-1969. Kemudian pada tahun 1938 terbitlah
majalah An-Nadzir, dan selanjutnya Asy Syihab pada tahun 1947.
Dalam ‘Risalah At-Ta’lim’ yang membuat ide-ide Hasan
Al-Banna dikatakanya bahwa islam adalah suatu system yang universal, yang
mencakup seluruh aspek kehidupan. Negara dan kebangsaan, pemerintahan dan kemasyarakatan,
moral dan kekuatan hukum, kasih saying dan keadilan, material dan spiritual. Ia
adalah undang-undang dan kebudayan, ilmu pengetahuan dan amal, dakwah dan
jihad, usaha dan kekayaan, mkiliter dan ideology, sebagaimana ia juga akidah
yang kokoh dan ibadah yang benar. Masing-masing memiliki kedudukan yang sama.
Hasan Al-Banna pun juga memiliki pendapat yang tepat dan wawasan yang luas
terhadap ‘qadhiyah an-nahdhah’ (masalah kebangkitan), yaitu beliau
menghubungkanya dengan masalah kemerdekaan dari kolonialisme serta
ketergantungan pada Eropa dari satu sisi, dan terhadap kemajuan ilmu
pengetahuan yang harus dicapai oleh umat Muslim pada sisi yang lain, ringkasnya
beliau mengatakan, “kita tidak akan mampu melakukan perbaikan dan kita tidak
bias menerapkan konsep perbaikan secara internal selama kita belum merdeka dari
intervensi dan campur tangan asing.
Beliau
juga mengatakan, “tidak ada kebangkitan tanpa ilmu pengetahuan dan apa yang
diraih oleh orang kafir (dalam menjajah) adalah karena dengan ilmu “. Al-Banna
melihaat bahwa ketergantungan umat islam pada Eropa terhadap tradisi dan
kebiasan-kebiasaanya dapat menghalangi
kemerdekaan dan kebangkitan mereka, pada saat itu perselisihan antara Ikhwnul
Muslimin dengan pemerintah Mesir semakin meruncing. Banyak ancaman dan tekanan
yang dilakukan pemerintah Mesir hingga sebagiannya banyak yang di tangkap.
Puncaknya pada tanggal 12 februari 1949, Hasan Al Banna dibunuh oleh penembak
misterius yang banyak oleh kalangan diyakini sebagai penembak “titipan” pemerintah.
Buku atau karangan-karangannya berupa risalah, baik kumpulan dan cetakan dengan
judul bukun “Majmuah Rasail Imam Hasan Al-Banna” sebagai referensi utama dalam
memahami pemikiran dan manhaj Ikhwanul Muslimin secara umum. Beliau juga
memiliki buku mudzakarah yang dicetak beberapa kali dengan judul “Mudzakariah
da’wah wada’iyah”, selain itu beliau juga memiliki majalah serta berbagai
riset-riset kecil dalam jumlah yang besar, seluruhnya tersebar dalam
Koran-koran dan majalah Ikhwanul Muslimin yang dimuat sepeninggal beliau[4].
BAB
II
PENUTUP
A.Kesimpulan
Abad
ke-15 H sebagai abad kebangkiatn umat Islam. Karena pada saat itu kesadaran
beragama umat Islam terutama yang diwakili oleh kelas menengah baik secara
ekonomi maupun berpendidikan yang tumbuh di perkotaan mulai bermunculaan.
Kebangkitan
islam pada periode modern ini mencakup Mesir, Turki dan India. Pada dasarnya
pergerakan ini merupakan upaya untuk
membangkitkan kesadaran beragama bangsa Mesir ketika itu, membangun kehidupan sosial
yang sesuai dengan ajaran agama islam menumbuhkan daya juang untuk bebas dari
penjajahan bangsa barat.
Para ulama tergugah
atas keterbelakangan yang dialami oleh umat islam pada masa itu. Mereka
menciptakan paham maupn pergerakan demi kebebasan umat islam. Seperti Jamaluddin
Al-Afghani, Hasan Al-bana dan Muhammad Abduh.
C.Kata Penutup
Demikian
yang dapat kami tuliskan, tentunya masih banyak kekurangan dalam penulisan
makalah ini karena terbatasnya pengetahuan dan referensi. Kritik dan saran dari
pembaca sangat diharapkan untuk memperbaiki makalah penulis kedepannya.
Semoga makalah ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan
para pembaca yang umumnya.
DAFTAR
PUSTAKA
Jenggis, Akhmad.2011.Kebangkitan
Islam. Yogyakarta: NFP Publishing
Hasan,Ilyas. 1995. Perintis Zaman
Baru Islam. Bandung: Mizan
Khoiriyah. 2008. Islam dan Logika
[Mengupas Pemahaman Pembaruan Islam]. Yogyakarta:
Ar-Ruzz Media
[1] Akhmad
Jenggis.P Kebangkitan Islam (Yogyakarta,2011, NFP Publishing) hal.9-16
[2]
Khairiyah,M.Ag. Islam dan Logika Modern.(Yogyakarta:Ar-Ruzz,2008) hal 39-94
[3] Ilyas
Hasan,Perintis zaman baru Islam ,(Bandung: Mizan,1995) hal 3-15
[4] Akhmd
Jenggis P.Kebangkitan Islam (Yogyakarta 2011 NFP Publishing) Hal 60-75.