Jumat, 12 Desember 2014

Makalah kebangkitan umat islam pada periode modern

KEBANGKITAN UMAT ISLAM PADA PERIODE MODERN
Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas SKI dan Budaya Lokal

















Disusun oleh:
1. Astrino Purmanna      (14680008)
2. Nisa Ulmah Mudah    (14680026)
3. Rika Istiqomah           (14680024)
4. Erica Nuralam            (14680005)

PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA
2014






BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Kekuatan umat Islam berdiri atas agama Islam itu sendiri. Hal ini sudah menjadi rahasia umum, bahkan musuh-musuh Islam juga tahu bahwa Islam itu bias dilemahkan jika penganut-penganutnya masih mempunyai keimanan yang kuat. Dari sinilah mereka mulai mencari jalan dan bagaimana cara yang terbaik untuk melemahkan pemahaman umat Islam terhadap Islam itu sendiri. Mereka juga mencari cara member keraguan kepada kitab yang menjadi pegangan umat Islam yaitu Al-qu’an. Mereka juga memutar balikkan fakta sejarah islamiah melalui berbagai opini dan tulisan, sehinga generasi umat Islam menjadi ragu atas keontentikan agama Islam. Faktor yang menjadi mundurnya Islam yaitu karena sebagian umat Islam kurang memahami hakikat Islam itu sendiri. Pada umumnya mereka hanya memahami ibadah-ibadah ritual saja seperti sholat,puasa, haji, dan lain-lain.
            Kemunduran umat Islam tersebut banyak memotivasi gerakan-gerakan yang mencoba merobohkan Islam. Mereka mencoba memasukkan budaya-budaya mereka kedalam dunia umat Islam sehingga banyak umat islam yang terpengaruh dan mengikuti arus yang menjadikan umat Islam semakin terpuruk. Melihat keadaan ini para ulama tergugah untuk membuat suatu pergerakan demi kebebasan Islam. Mereka mencoba mengembalikkan semangat dunia Islam degan berbagai cara dan metode mereka masing-masing. Yang intinya yaitu melakukan kebangkitan islam
B. Rumusan Maslah
1.      Apa makna kebangkitan Islam?
2.      Bagaimana kebangkitan Islam di Mesir, Turki, dan India?
3.      Siapa saja tokoh-tokoh kebangkitan Islam?   
C. Tujuan
1.      Mengetahui makna dari Kebangkitan Islam
2.      Mengetahui kebangkitan Islam di Mesir, Turki, dan India
3.      Mengetahui tokoh-tokoh kebangkitan Islam

BAB II
PEMBAHASAN
A.    Makna Kebangkitan Islam
Kebangkitan islam disebut juga dengan Islamic Resurrection,Resurrection atau penegasan kembali, adapula yang menyebutnya Revivalism atau Upaya Menghidupkan Kembali, selain itu adapula yang menyebutnya dengan pembaharuan, Neo-fundamentalisme ataupun Kebangunan Kembali. Ada juga yang menyebut kebnagkitan Islam itu sebagai Al Sahwa Islamiyyah (Islamic Awakening), Ihya’ ad-Din (Religious Revival) ataupun Al Usuliyya Al Islamiyyah (Islamic Fundamentalist).
Taufik Abdullah dalam bukunya Tradisi dan Kebangkitan Islam di Asia Tenggara memberikan keterangan kebangkitan diartikan dalam 3 hal yaitu bahwa: Yang pertama, kebangkitan islam merupakan suatu pandangan dari kaum Muslimin sendiri mengenai bertambahnya penganut agama islam dari waktu ke waktu. Ini berarti juga memperlihatkan bahwa islam itu mempunyai peran yang penting. Kedua, di artikan keadaan kebangkitan islam pernah terjadi sebelumnya. Hal ini di ibaratkan dengan kebangkitan kembali yang mana jika kebangkitan yang dilakukan saat ini itu terdapat kaitanya dengan kebangkitan Islam yang pena terjadi di masa lalu. Yang ketiga, Kebangkitan Islam bermakna suatu tantangan, bahkan bisa jadi suatu ancaman bagi pengikut pandangan lain. Yang dimaksud disini adalah kelompok-kelompok diluar Islam atau sistem sosial, yang mempunyai pandangan atau beranggapan bahwa kebangkitan Islam merupakan ancaman bagi eksistensi keberadaan mereka.
Abad ke-15 H sebagai abad kebangkiatn umat Islam. Karena pada saat itu kesadaran beragama umat Islam terutama yang diwakili oleh kelas menengah baik secara ekonomi maupun berpendidikan yang tumbuh di perkotaan mulai bermunculaan. Mengapa Islam perlu melakukan kebangkitan?
Yang pertama, kita tau saat itu keadaan negara-negara Muslim banyak sekali yang terjajah, sehingga mengalami kemerosotan, ketertinggalan, dan kemunduran dalam banyak hal. Kenyataan telah menunjukan kepada kita semua bahwasanya umat Islam berada di posisi terbelakang dalam pesaingan peradaban di era modern saat itu. dan kita juga tau semenjak modernisasi menjadi tolak ukur kemajuan peradaban dunia, maka negara-negara Barat tampil amat superior dan menampakan kecenderungan bahwa kian lama kian hari umat Muslim kita terbelenggu, minder dan pada akhirnya mengalami ketergantungan terhadap Barat. Tentu saja yang Barat gombor-gemborkan untuk merendahkan umat Muslim adalah sains dan kemajuan teknologi yang semakin lama semakin tak terkejar oleh umat Islam.
Penyebab kedua, kesadaran beberapa intelektual Muslim yang beranggapan sejatinya umat Muslim saat itu dalam keadaan telah dijauhkan dari nilai-nilai ajaran Islam. Sebagian tokoh-tokoh Islam yang menentang penjajahan Barat dan mengetahui dampak buruknya berusaha menyadarkan umat Islam kembali dengan menjelaskan kesesatan dari falsafah materialisme dan kapitalisme yang dibawa oleh Barat. Ajakan untuk kembali pada tuntunan agama dilakukan dan usaha membangkitkan semangat untuk menjadikan Islam sebagai suatu alternatif tata dunia baru mulai didengungkan kembali.
Ketiga, setelah meniru menerapkan nilai-nilai Barat serta mengimpor apa saja dari Barat, yang terjadi di negara-negara Muslim terus-menerus dalam suatu keadaan krisis, dimana akhirnya banyak penduduk merasakan kegagalan dan dirasa perlu menyuarakan haknya. Respon kekecewaan umat Muslim terhadap kegagalan model pemerintahan nasionalis dan sosialis sekuler di negara-negara yang mayoritas penduduknya beragama Islam pun membuat umat Muslim kembali berfikir[1].
B. Kebangkitan Dalam Dunia Islam
1.      Pembaharuan di Mesir
a.       Ikhwanul Muslimin
Ikhwanul muslumin merupakan suatu gerakan dakwah bagi masyarakat bawah, yaitu para buruh di terusan Suez. Organisasi ini dibentuk sebagai upaya untuk membangkitkan kesadaran beragama bangsa Mesir ketika itu, membangun kehidupan sosial yang sesuai dengan ajaran agama islam menumbuhkan daya juang untuk bebas dari penjajahan inggris. Tokoh pergerakan ini adalah Hasan Al-Bana. Gerakan ini didirikan pada bulan maret 1928. Latar belakang pembentukan gerakan ini antara lain:
1.    Kemerdekaan Mesir dan Negara-negara islam dari kekuasaan asing
2.    Mendirikan pemerintahan islam berlandaskan Al-Qur’an dan Hadits.
Pada awalnya gerakan ini dilakukan secara sembunyi-sembunyi atau dibawah tanah yaitu melalui masjid-masjid serta mendirikan cabang dimana-mana. Ikhwan juga sering mengadakan mukhtamar, kegiatan ini dimanfaatkan untuk menampakkan diri sebagai organisasi politik. Program Ikhwan yang pertama adalah pemerintahan Islam. In disebabkan karena mereka tidak puas terhadap konstintusi Mesir, yang menurut mereka bahwa sebuah konstitusi tidak cukup hanya menyebut islam sebagai Negara. Program politik Ikhwan yang kedua ialah pembebasan seluruh lembah nil dari pengaruh asing yang membuat keadaan bermusuhan dengan Ingris. Ikhwan mengalami perselisihan dengan pemerintah Mesir,pemerintah menuduh Ikhwan terlibat dalam pembunuhan Ahmad Ali Pasya.
     Ikhwan telah memberi warna agama pada nasionalisme Mesir. Mereka juga menganggap kebebasan tanah air dari kekuasaan Inggris sebagai suatu kewajiban agama. Program dari Ikhwan yaitu menolak usaha perdamaian dengan Inggris dan menuntut dibukanya semua partai politik di Mesir.  Ikhwan juga turut serta dalam perang Palestina.
     Ikhwan mengalami krisis yang sangat berat setelah pemimpinnya wafat yaitu Hasan Al-Bana pada 12 Februari 1949. Setelah menjadi organisasi legal, Ikwan ingin menasehati pemerintah dengan mengusulkan membentuk sebuah komite yang bertugas memeriksa peraturan sebelum diundangkan, tapi pemerintah menolak usulan tersebut. Pada saat Mesir merayakan hari pembebasannya, ada lembaga politik yang berdiri yaitu Dewan Pembebasan. Tetapa Ikhwan memandang bahwa ada maksud tersendiri dari organisasi tersebut.
b. Pan Islamisme
Sebab-sebab kemunduran umat islam merupakan latar belakang dari terbentuknya gerakan ini. Kemunduran umat islam dikarenakan umat islam telah meninggalkan ajaran-ajaran islam yang sebenarnya dan mengikuti ajaran-ajaran yang datang dari luar islam. Hal ini ditandai dengan pemahaman yang salah terhadap ajaran islam. Sebab lain adalah perpecahan yag ada dalam umat islam sendiri, pemerintah yang absolut, mempercayakan pimpinan umat kepada orang-orang yang tak dapat dipercaya, mengabaikan pertahanan miter, lemahnya persaudaraan islam, dan lain-lain.
     Kemunduran tersebut seharusnya dapat diperbaiki dengan 3 solusi yaitu: pertama, kembali kepada ajaran islam yang sebenarnya. Kedua, diubah system pemerintahan dari pemerintahan yag autokrasi menuju pemerintahan demokrasi. Ketiga, diwujudkannya persatuan umat islam yang erat untuk memperoleh kemajuan. Dan persatuan islam inilah yang dinamakan Pan Islamisme. Gerakan in merupakan gerakan pembaharuan atas kondisi umat yang kritis akibat benturan dunia Eropa dan pemurnian atas pemahaman dan perilaku umat islam. Gagasan gerakan ini mempunyai asas doktrinal yang kukuh, yaitu ikatan persaudaraan seagama. Semangat kesatuan keagamaan ini ditekan sebagai bentuk usaha membentuk semangat nasionalisme yang diinspirasikan Barat . Jadi, umat islam harus bias membebaskan diri dari tirani, dan membangun peradaban sendiri dengan suatu cara yaitu Pan Islamisme atau umat islam harus bersatu. Tokoh-tokoh pembaruan Pan Islamisme ada 3 yaitu Jamaluddin Al-Afgani, Muhammad Abduh, dan Rasyid Ridha.
2.      Pembaruan di Turki
Pembaruan di Turki dimulai abad ke-19. Pelopor pembaruan Turki adalah Sultan Mahmud II. Para sultan Turki dengan para tokoh pembaruannya telah memikirkan dan memperjuangkan Turki dari keterpurukan dan kemunduran didunia islam, khusunya kemunduran dalam wilayah kerajaan Turki Usmani. Ada beberapa pola pemikiran yang timbul sebagai upaya mengatasi kemunduran dan untuk mengejar ketertinggalan yang terjadi dalam dunia islam atas bangsa-bangsa Eropa. Dan pola pemikiran tersebut dapat diakumulasi  dalam pembahasan pembaruan yang didalamnya memuat peurnian akidah. Salah satu pembaruan warna dalam pembahasan tersebut adalah meniru bangsa-bangsa Eropa yag terlebih dahulu maju pada era modern. Hal ini telah mewarnai pembaruan periode tanzimat yang mengacu pada pemisahan antara agama dan Negara.
            Tanzimat merupakan suatu periode tertentu dari sejarah Turki Usmani pada masa modern yang memuat makna pembaruan. Tanzimat mengacu kepada masa tertentu dari rentetan pembaruan yang timbul di Turki Usmani pada sepertiga abad ke-19. Tanzimat merupakan suatu usaha pembaruan yang mengatur , menyusun, dan memperbaiki struktur organisasi pemerintahan.
            Tokoh-tokoh pembaruan dalam periode Tanzimat yaitu Mustafa Rasyid Pasha (1800-1858 M), Mustafa Sami Pasha (w. 1855 M), Mahmed Sadek Rifa’at Pasya (1807-1856 M), Ali Pasya (1815-1871 M), Fuad Pasya ( 1815-1869 M).
            Aspek-aspek pembaruan periode Tnzimat telah mencakup berbagai aspek. Antara lain aspek sosial, ekonomi, hukum, pemerintahan, pendidikan, dan militer. Pembaruan Tanzimat dapat disimpulkan bahwa rahasia kemajuan dan keunggulan Barat sebagai akibat kemajuan ilmu dan teknologi. Kemajuan ilmu dan teknologi sendiri dapat tercipta dalam suasana pemerintahan dan rakyat yang penuh ketentraman, kemakmuran dan kedamaian.
   Periode setelah Tanziat yaitu periode Usmani muda. Latar belakang geerakan ini muncul adalah berawal dari kerajaan Turki yang pada awal abad kesembilan belas dalam kondisi berantakan dan terpech-pecah ssehingga menjadikan  minimnya kontrol pemerintahan  dalam berbagai aspek. Sehingga banyak kebudayaan asing  yang mudah masuk ke Turki tanpa ada filtrasi.
            Usmani muda ini muncul dengan karakter yang berbeda ,ia berusaha mengadakan pembaharuan yang selaras dengan sosial  budaya masyarakat  Turki yaitu ssesuai dengan prinsip-prinsip ajaran islam akan tetapi tidak meninggalkan tradisi keislaman yang telah ada di masyarakat Turki itu sendiri. Secara umum pembaruan di Turki bercorak sekuler dengan melihat kemajuan barat sebagai tolak ukurnya. Pembaruan ini dilakukan secara otoriter oleh sultan dan pembantu-pembantunya. Hal ini mendapatkan banyak kritikan dari para ulama serta masyarakatpun tidak mendukung pergerakan ini.
Selain kedua pergerakan tersebut diatas,dalam pembaruan di Turki yaitu terdapat Turki Muda. Golongan ini mempunyai faham fanatisme teologis terhadap keberadaan khalifah sehingga ide-ide pembaharuannya tidak diterima sepenuhnya oleh penguasa dan para ulama. Hal ini juga menyebabkan perjalanan perombakan struktur tatanan kehidupan sosial dan cara berpikir sangat lamban. Hal ini memotivasi Mustafa Kemal membawa perubahan yang amat drastis dengan perjuangan yang berat kemal beserta koleganya berhasil menjadikan Turki sebagai Negara republik memproklamasikan Negara republik Turki dan terpilih menjadi presiden pertama yaitu pada tanggal 29 oktober 1923 sampai 10 November 1939. Dengan terpilihnya beliau membawa dampak yang sangat luas terhadap rakyat Turki. Konsep dasar yang digunakan beliau adalah westernisasi dan nasionalisme. Konsep ini melakukan upaya pembaruan dengan berbagai aspek politik, hukum, pendidikan, kebudayaan, dan ekonomi. Visi Kemal melakukan modernsasi adalah melalui perubahan politik dengn cara memberhantikan kekuasaan absolute sultan.
     Upaya pembaruan yang dilakukan Kemal hanya terbatas pada wilayah kedaulatan Turki. Beliau juga melakukan pembaruan dalam bidang pendidikan yaitu dengan melepas unsur-unsur keagamaan dari sekolah-sekolah asing (dekrit tanggal 7 Februari 1924). Kemudian menetapkan peraturan koordinasi pendidikan dibawah pengawasan kementrian pendidikan, beliau menutup semua madrasah yang dikelola oleh instansi keagamaan digantikan menjadi sekolah pembinaan calon imam dan khotib menutup fakultas illahiyah dengan menggantinya menjadi Institut Riset Islam (1933).
     Dalam bidang kebudayaan beliau melarang penggunaan simbol-simbol islam, bahasa Arab dan Persia dalam kurikulum. Melarang pemakaian torbus kemudian diganti dengan topi barat. Pada kepemimpinan beliau adzan dikumandangkan dalam bahasa Turki serta Al-qur’an diterjemahkan dalam bahasa Turki. Dalam bidang perekonomian untuk mengembalikan Turki pada posisi yang stabil Kemal mengupayakan perbaikan struktur dan orientasi perekonomian negaranya dengan menjadikan barat sebagai kiblatnya.
3.         Pembaruan di India
Islam masuk ke India pada zaman pemerintahan khalifah Usmaniyah dan mencapai puncak kejayaannya diera dinasti Mughol pada masa pemerintahan Akbar dan Aurangzeb akan tetapi sejak abad ke-18 kerajaan Mughok mulai memasuki zaman kemunduran. Keadaan ini membuat orang Hindu bangkit untuk mengambil kembali pemerintahan di India sehingga menyebabkan umat Islam di India mengalami keterbelakangan. Dalam suasana ini para ulama besar dibidang fiqih dan tasawuf bangkit.
     Tokoh pembaruan di India yaitu Syaikh Waliyullah Al-Dahlawi. Beliau mendirikan gerakan Mujahidin. Adapaun gagasan dan usahanya untuk memajukan masyarakat islam di India dapat diikuti dalam berbagai bidang yaitu bidang politik, hukum islam atau fiqih, teologi dan tasawuf serta penerjemahan Al-qur’an. Dalam bidang politik. Beliau memberikan gagasan bahwa system pemerintahan absolute harus dihapuskan kemudian diganti dengan system demokratis seperti pada zaman Khulafaur Rosyidin. Dalam bidang hukum islam yaitu keyakina umat Islam harus dibersihkan dari hal-hal asing dengan kembali pada Al-qur’an dan Hadist. Ia juga menganjurkan ijtihad dalam mentapkan hukum islam . dalam bidang teologi dan tasawuf yaitu berusah menyatukan antara faham pwahdatul wujud dengan pada Assyuhud . belau juga mengusulkan kepada para sufi untuk kembali kepda tatanan hidup yang utuh dan bersatu seperti yang diharapakan Rasulullah sedangkan dalam penerjemahan Al-qur’an  pada mulanya mendapatkan hambatan yang cukup besar dari masyarakat, bahkan ia dianggap kafir. Karena beliau menerjemahkan Al-qur’an kedalam bahasa local dengan tujuan untuk lebih mudah dipahami oleh masyarakat India pada saat itu
Selain Mujahidin, dalam pembaruan di India terdapat pula gerakan Aligarh. Gerakan ini didirikan oleh Sayid Ahmad Khan. Bentuk-bentuk pembaruannya dibidang agama, politik, dan pendidikan. Dalam bidang agama beliau menyatakan bahwa Al-qur’an tidak bertentangan dengan Sains modern. Menurutnya, alam berjalan dan beredar sesuai dengan hukum alam yang telah ditetapkan oleh Tuhan. Segala yang terjadi dialam adalah menurut hukum sebab akibat. Ia juga menentang adanya taqlid dengan alasan masyarakat akan selau mengalami perubahan sehingga perlu adanya ijtihad baru dalam memahami Al-qur’an dan Hadist. Dalam bidang politik ia memperlakukan Inggris sebagai mitra dalam upaya menjalin kerjasama untuk tujuan kepentingan India sendiri. Ia menyatakan bahwa pemerintah Inggris adalah pemerintah yang sah karena didalamnya orang islam bisa hidup damai. Hal ini dinyatakan untuk mengubah pandangan Inggris terhadap umat Islam. Dalam dunia pendidikan  beliau mendirikan lembaga pendidikan dengan nama Muhamedan Education Confrence pada tahun 1886. Lembaga ini memiliki tugas menyebarkan pendidikan barat dikalangan umat Islam, menyelidiki pendidikan yang didirikan oleh golongan Islam serta menunjang pendidikan agama yang diberikan sekolah-sekolah swata.   Beliau  melengkapi dengan lembaga-lembaga penerjemah untuk menerjemahkan buku-buku seni dan Sains. Lembaga ini didirikan di Moradabat (1559) dan Grazipur (1863) selain sebagai penerjemah, lembaga ini bertujuan menyebar luaskan pengetahuan modern baik dalam bidang sejarah, ekonomi maupun sains. Kegiatan dibidang pendidikan dijalankan sampai tahun 1897. Setelah beliau menginjak usia tua, ide pembaruan yang berpusat di MAOC oleh intelektual India diberi nama dengan gerakan Aligarh[2].   
C.    Tokoh-tokoh Kebangkitan Islam
1.    Jamaluddin Al-Afghani
Jamaluddin Al-Afghani lahir di Asad Abad, Konar, distrik Kabul, Afghanistan pada tahun 1838 dengan nama asli Muhammad bin Shafdar Al-Hussainy.
Jamaluddin Al-Afghani menghabiskan masa kecil dan remajanya di Afghanistan, namun beliau malah banyak berjuang di Mesir, India bahkan sampai Perancis. Pada usia 18 tahun ketika tinggal di Kabul, Jamaluddin tidak hanya menguasai ilmu keagamaan,tetapai juga mendalami falsafah, hukum, sejarah, metafisika, kedokteran, sains, astronomi, dan astrologi. Kepandaianya dalam berbicara disertai pengetahuanya yang luas membuat banyak orang terpukau kepadanya. Beliau berhasil mendorong rakyat India untuk bangkit melawan kekuasaan Inggris. Hasilnya, pada tahun 1857 muncullah kesadarn baru dari masyarakat pribumi India untuk melawan penjajah.
            Kemudian AL-Afghani pun pernah diminta oleh penguasa Afghanistan Pangeran Dost Muhammad Khan, untuk membantunya. Tahun 1864, Jamaluddin diangkat menjadi penasehat Syir Ali Khan dan beberapa tahun kemudian Jamaluddin diangkat menjadi perdana Menteri oleh Muhammad A’zam Khan. Namun karena kuatnya campur tangan Inggris dan kekalahan atas golongan yang disokong inggris, maka Jamaluddin akhirnya meninggalkan Kabul mekkah. Inggris telah menyadari bahwa Jamaluddin Al-Afghani ini sebagai tokoh yang berbahaya, yang dapat menggangu eksistensi penjajahan Inggris di India. Oleh karena itu beliau terus diawasi dan tidak diperkenankan untuk bepergian melalui jalan darat, juga tidak diperkenankan bertemu dengan pemimpin-pemimpin India. Tapi akhirnya melalui jalan laut,Jamaluddin dapat melanjutkan perjalananya ke Kairo Mesir dan menetap beberapa waktu disana.
            Di Kairo ini, Jamaluddin berusaha berkonsentrasi untuk mempelajari ilmu pengetahuan dan sastra Arab. Rumahnya pun dijadikan tempat pertemuan para penikutnya. Disinilah Jamaluddin memberikan kuliah dan berdiskusi dengan berbagai kalangan, termasuk intelektual muda, mahasiswa, dan tokoh-tokoh pergerakan. Salah seorang muridnya yang kita kenal adalah Muhammad Abduh dan Saad Zaglul, pemimpin kemerdekaan Mesir.
            Al-Afghani dibenci oleh penjajah kolonial Inggris saat itu Inggris pun berhasil membuat Jamaluddin keluar dari Mesir pada tahun 1879. Jamaluddin akhirnya kembali pulang ke Hyderabad Deccau India. Disinilah, beliau menulis risalah yang sangat terkenal yaitu Pembuktian Kaum Materialis. Risalah ini telah menimbulkan pertentangan besar di   kalangan kaum materialis. Jamaluddin  Al-Afghani juga pernah menerbitkan jurnal Al Urwat Al Wuthqa yang mengecam  keras Barat. Jurnal tersebut di adaptasi dari perkumpulan yang didirikanya di Paris pada tahun 1882. Penguasa Barat akhirnya pun melarang jurnal ini diedarkan di Negara-negara Muslim karena dikhawatirkan dapat menimbulkan semangat solidaritas umat Muslim akan persatuan islam. Dari Paris ininilah Jamaluddin akhirnya sempat singgah di London kemudian dilanjutkan ke Rusia dan Persia. Di Istambul, Turki. Tempat peristirahatanya yang terakhir. Ia wafat di Istambul, pada tanggal 9 Maret 1897 di usia 59 tahun. Al-Afghani telah banyak menulis puluhan karya tulis dan buku, antara lain pembahasan tentang sesuatu yang Melemahkan orang-orang islam, Tipu Muslihat Orientalis Risalah untuk Menjawab golongan Kristen, Hilangnya Timur dan Barat, Hakikat Manusia, dan Hakikat Tanh Air.
            Jamaluddin Al-Afghani mempunyai pandangan terhadap islam yang sangat komprehensif. Menurutnya, islam telah mencakup segala aspek kehidupan ,baik itu ibadah, hukum dan sosial. Persatuan umat islam harus diwujudkan kembali. Lnjutnya Al-Afghani berpendapat bahwasnay kekuatan islam itu tergantung pada keberhasilan dalam membina persatuan dan kerja sama. Al-Afghani telah berhasil menggerakan nkesadarn umat islam dengan gerakan revolusionernya yang membangkitkan Dunia Islam pada saat itu yaitu Pan-Islamisme. Pan-Islamisme merupakan sebuah gagasan untuk membangkitkan dan menyatukan Dunia Arab khususnya, dan Dunia Islam pada umumnya untuk melawan kolonialisme Barat. Yaitu Inggris dan Perancis yang mana telah menduduki dan menjajah Dunia Islam dan negara-negara berkembang.
            Al-Afghani yakin bahwa islam adalah satu-satunya ikatan kesatuan umat Muslim. Jika ikatan itu diperkokoh, jika Islam menjadi sumber kehidupan dan pusat loyalitas mereka, maka kekuatan solidaritas yang luar biasa akan memungkinkan pembentukan dan pemeliharaan Negara islam yang kuat dan stabil.[3]    
2.Muhammad Abduh
Muhammad Abduh lahir di Desa Mahallat Nashr, Provinsi Gharbiyah, Mesir pada tahun 1849 dengan nama lengkap Muhammad Abduh bin Hassan Khairullah. Ayahnya bernama Abduh Hasan Khairullah yang berasal dari Turki namun telah lama tinggal di Mesir. Abduh kecil dikirim oleh ayahnya ke Thanta untuk belajar agama di masjid Syekh Ahmad milik Al-Azhar pada tahun 1862. Tapi tak lama berselang, Abduh kecil sudah merasa bosan karena menurutnya pendidikanya disana hanya mengandalkan hafalan, namun tidak diberi kebebasan bagi para muridnya untuk mengembangkan pikiranya. Maka ia pun keluar dan melanjutkan kembali studinya di Mahallat Nashr.
Di usianya yang 17 tahun, Abduh pun menikah,tepatnya pada tahun 1866. Namun selang 40 hari setelah pernikahannya, ayahnya meminta ia kembali untuk terus melanjutkan menuntut ilmu.Saat menjadi pendidik beliau tidak tinggal diam, beliau pun banyak member masukan terhadap Al-Azhar sebaiknya berbenah, terutama dalam masalah admistrasi serta pendidikan di dalamya, termasuk perluasan kurikulum, yaitu mencakup ilmu-ilmu modern, sehingga Al-Azhar mampu mampu sejajar dengan universitas-universitas lain dan menjadi pelita cahaya bagi kaum Muslimin di zaman modern kelak.
Pada masa Abduh ini, kondisi Dunia Islam mengalami kemunduran yang sangat memprihatinkan. Wilayah Islam yang dahulu dibawa naungan Khalifah Utsmaniyah berhasil di pecah belah oleh bangsa-bangsa Eropa dengan menghasut Bangsa Arab untuk lepas dari Khalifah Utsmaniyah di Turki. Arab pun akhirnya berhasil dijajah, seperti Inggris menduduki Mesir, Sudan, Pakistan dan Bangladesh (India), Malaysia, serta Brunie. Perancis menduduki Aljazair, Tunisia dan Maroko. Italia mendapat bagian Libya. Sedangkan Negara kita Indonesia dijajah oleh Belanda. Dan di saat seperti itu munculah pemikir dan tokoh Islam yang mencoba membangkitkan kembali umat Islam dalam sebagai sisi. Salah satu tokohnya adalah Jamaluddin Al-Afghani.
Menurut Abduh, salah satu sebab yang membawa kemunduran umat ini adalah paham jumud yang terdapat di kalangan umat islam. Sikap ini dibawa oleh orang-orang bukan Arab yang kemudian merampas kekuasaan politik di Dunia Islam. Dengan masuknya mereka ke dalam islam, adat-istiadat dan faham-faham animism mereka pun ikut mempengaruhi umat Islam yang mereka perintah. Di samping itu, mereka bukan pula berasal dari bangsa yang mementingkan penggunaan akal seperti yang dianjurkan dalam Islam, melainkan berasal dari bangsa yang jahil dan tidak kenal pada ilmu pengetahuan.
Mereka memusuhi ilmu pengetahuan karena mereka sadar dengan ilmu pengetahuan akan membuka mata rakyat. Rakyat harus dalam keadaan tetap bodoh supaya mudah diperintah. Mereka pun membawakan ajaran-ajaran yang akan membuat rakyat terus berada dalam keadaan stagnant, seperti pujaan yang berlebihan pada syekh dan wali, kepatuhan buta kepada para ulama, taklid buta pada ulama-ulama terdahulu dan tawakal, serta penyerahan segala-galanya pada qada dan qadar tanpa ada usaha dan doa. Yang mana lama-kelamaan paham jumud meluas dalam masyarakat di seluruh Dunia Islam dan berhentilah pemikiran dalam Islam.
Abduh banyak menganjurkan supaya para ulama membuka pintu ijtihad yang telah dikunci dan berhenti. Walaupun banyak ide-ide pembaharuan Abduh yang banyak menuai kritik, Abduh tetap konsisten menyebarkan pemikiran pembaruan Islam. Ia sangat tidak menyukai adanya ahli fikih dan ulama yang hanya memikirkan dan menyibukkan diri dengan masalah-masalah furu’iyah (masalh sepele) dan meninggalkan masalah utama umat. SElain itu Abduh juga dikenal sebagai tokoh yang gigih memerangi segala bentuk khurafat, ia selalu mengajak umat agar memurnikan akidah mereka.
Muhammad Abduh telah mengangkat citra Islam dan kualitas umatnya dari keterpurukan dan keterbelakangan. Ia adalah seorang mujtahid sekaligus mujahid, pada masanya. Di antara hasil karyanya yang dapat kita rasakan dan masih sering di kaji oleh umat Muslim adalh Risalah At-Tauhid. Sementara itu, kumpulan pidato-pidato, pikiran-pikiran, dan ceramah-ceramahnya telah selesai ditulis oleh seorang muridnya, Syekh Muhammad Rasyid Ridha, yaitu Tafsir Al-Manar. Sebab beliau telah wafat pada tahun 1905 ketika menulis sampai surat An-Nisa ayat 126. Dari semua ini dapat dikatakan bahwa Abduh adalah figure seorang pembaharu Islam yang menggerakan kebnagkitan umat.
3.Hasan Al-Banna
Hasan bin Ahmad bin Abdurahman Al-Banna dilahirkan di desa Muhamadiyah kawasan Buhairah, Mesir tahun 1906 M. Ayahnya, Syaikh Ahmad Al-Banna adalah seorang ulama fiqih dan hadits. Sejak masa kecilnya, Hasan Al-Banna sudah menunjukan tanda-tanda kecermelangan otaknya. Pada usia 12 tahun, atas anugerah Allah SWT, Hasan kecil telah menghafal separuh isi Al-qur’an.Dan pada usia 14 tahun Hasan Al-Banna telah menghafal seluruh Al-qur’an. Hasan Al-Banna lulus dari sekolahnya dengan predikat terbaik di sekolahnya dan nomor lima terbaik di seluruh Mesir. Kemudian pada usia 16 tahun, ia telah menjadi mahasiswa di perguruan tinggi Darul Ulum.
Ketika beliau menginjak umur 21 tahun, saat itu pula beliau telah menamatkan studinya di Darul ‘Ulum kemudian di tunjuk menjadi guru di Isma’iliyah. Hasan Al-Banna pun telah menampakkan rasa sangat perihatinnya dengan kelakuan Inggris memperbudak bangsanya. Masa itu adalah sebuah masa di mana umat islam sedang mengalami kegoncangan hebat. Kekhalifahan Utsmaniyah di Turki, sebagai pengayom jumat islam di seluruh dunia telah mengalami keruntuhan.
Hasan Al-Banna mengajak manusia untuk kembali kepada Allah SWT, mengajak manusia untuk memberantas kejahiliyahan (kebodohan) dan kembali berpegang teguh pada ajaran islam. Dakwah ini dimulai dengan menggalang bebebrapa muridnya. Kemudian beliau lanjutkan berdakwah di kedai-kedai kopi. Hal ini beliau lakuka teratur dua minggu sekali. Puncak dakwahnya adalah saat Al-Banna mendirikan “Al Ikhwanul Muslimin” (IM) pada tahun 1928. Ketika itu Al-Banna bekerja terus siang dan malam menulis pidato, mengadakan pembinaan, memimpin rapat pertemuan, dan lain-lain.
Dakwahnya mendapat sambutan luas di kalangan umat Islam Mesir. Tercatat pada saat itu kaum Muslimin mulai dari golongan buruh, petani, usahawan, ilmuwan, ulama bahkan dokter mendukung dakwah beliau. Terus pada tahun 1932 Hasan Al-Banna pindah ke Kairo, bersamaan dengan itu pula gerakannya pindah dari Isma’iliyah ke Kairo. Di samping itu Al-Banna rupanya juga melakukan dakwah melalui media majalah mingguan Ikhwan yang dipimpin oleh Muhibudin Khatib pada tahun 1886-1969. Kemudian pada tahun 1938 terbitlah majalah An-Nadzir, dan selanjutnya Asy Syihab pada tahun 1947.
Dalam ‘Risalah At-Ta’lim’ yang membuat ide-ide Hasan Al-Banna dikatakanya bahwa islam adalah suatu system yang universal, yang mencakup seluruh aspek kehidupan. Negara dan kebangsaan, pemerintahan dan kemasyarakatan, moral dan kekuatan hukum, kasih saying dan keadilan, material dan spiritual. Ia adalah undang-undang dan kebudayan, ilmu pengetahuan dan amal, dakwah dan jihad, usaha dan kekayaan, mkiliter dan ideology, sebagaimana ia juga akidah yang kokoh dan ibadah yang benar. Masing-masing memiliki kedudukan yang sama. Hasan Al-Banna pun juga memiliki pendapat yang tepat dan wawasan yang luas terhadap ‘qadhiyah an-nahdhah’ (masalah kebangkitan), yaitu beliau menghubungkanya dengan masalah kemerdekaan dari kolonialisme serta ketergantungan pada Eropa dari satu sisi, dan terhadap kemajuan ilmu pengetahuan yang harus dicapai oleh umat Muslim pada sisi yang lain, ringkasnya beliau mengatakan, “kita tidak akan mampu melakukan perbaikan dan kita tidak bias menerapkan konsep perbaikan secara internal selama kita belum merdeka dari intervensi dan campur tangan asing.
Beliau juga mengatakan, “tidak ada kebangkitan tanpa ilmu pengetahuan dan apa yang diraih oleh orang kafir (dalam menjajah) adalah karena dengan ilmu “. Al-Banna melihaat bahwa ketergantungan umat islam pada Eropa terhadap tradisi dan kebiasan-kebiasaanya  dapat menghalangi kemerdekaan dan kebangkitan mereka, pada saat itu perselisihan antara Ikhwnul Muslimin dengan pemerintah Mesir semakin meruncing. Banyak ancaman dan tekanan yang dilakukan pemerintah Mesir hingga sebagiannya banyak yang di tangkap. Puncaknya pada tanggal 12 februari 1949, Hasan Al Banna dibunuh oleh penembak misterius yang banyak oleh kalangan diyakini sebagai penembak “titipan” pemerintah. Buku atau karangan-karangannya berupa risalah, baik kumpulan dan cetakan dengan judul bukun “Majmuah Rasail Imam Hasan Al-Banna” sebagai referensi utama dalam memahami pemikiran dan manhaj Ikhwanul Muslimin secara umum. Beliau juga memiliki buku mudzakarah yang dicetak beberapa kali dengan judul “Mudzakariah da’wah wada’iyah”, selain itu beliau juga memiliki majalah serta berbagai riset-riset kecil dalam jumlah yang besar, seluruhnya tersebar dalam Koran-koran dan majalah Ikhwanul Muslimin yang dimuat sepeninggal beliau[4].



BAB II
PENUTUP
A.Kesimpulan
Abad ke-15 H sebagai abad kebangkiatn umat Islam. Karena pada saat itu kesadaran beragama umat Islam terutama yang diwakili oleh kelas menengah baik secara ekonomi maupun berpendidikan yang tumbuh di perkotaan mulai bermunculaan.
Kebangkitan islam pada periode modern ini mencakup Mesir, Turki dan India. Pada dasarnya pergerakan ini  merupakan upaya untuk membangkitkan kesadaran beragama bangsa Mesir ketika itu, membangun kehidupan sosial yang sesuai dengan ajaran agama islam menumbuhkan daya juang untuk bebas dari penjajahan bangsa barat.
Para ulama tergugah atas keterbelakangan yang dialami oleh umat islam pada masa itu. Mereka menciptakan paham maupn pergerakan demi kebebasan umat islam. Seperti Jamaluddin Al-Afghani, Hasan Al-bana dan Muhammad Abduh.

C.Kata Penutup
Demikian yang dapat kami tuliskan, tentunya masih banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini karena terbatasnya pengetahuan dan referensi. Kritik dan saran dari pembaca sangat diharapkan untuk memperbaiki makalah penulis kedepannya.
Semoga makalah ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan para pembaca yang umumnya.





DAFTAR PUSTAKA
Jenggis, Akhmad.2011.Kebangkitan Islam. Yogyakarta: NFP Publishing
Hasan,Ilyas. 1995. Perintis Zaman Baru Islam. Bandung: Mizan
Khoiriyah. 2008. Islam dan Logika [Mengupas Pemahaman Pembaruan Islam].   Yogyakarta: Ar-Ruzz Media





[1] Akhmad Jenggis.P Kebangkitan Islam (Yogyakarta,2011, NFP Publishing) hal.9-16
[2] Khairiyah,M.Ag. Islam dan Logika Modern.(Yogyakarta:Ar-Ruzz,2008) hal 39-94
[3] Ilyas Hasan,Perintis zaman baru Islam ,(Bandung: Mizan,1995) hal 3-15
[4] Akhmd Jenggis P.Kebangkitan Islam (Yogyakarta 2011 NFP Publishing) Hal 60-75.